Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Rabu, November 16, 2011

Rabu, November 16, 2011

Jangan Hujan Enggan Turun Ke Bumi

Hujan lelah..

Setiap kali ia turun, ada saja komentar, “yaah, hujan lagi, hujan lagi..”

Sebagian orang merasa dirugikan,

Tanpa mau tahu, bahwa, sebagian lain lagi justru tertolong Hujan

Hujan sedih..

Terkadang jika ia turun, ada saja yang mengomelinya

Padahal untuk dapat turun ke pangkuan bumi, perjalanan panjang telah ia lalui:

dipanggang panas matahari, diterbangkan angin sebagai uap, diarak hilir-mudik hingga menjadi awan, dihardik gertakan petir, lalu jatuh tanpa satupun pegangan

Itu semua tidak menyenangkan

Namun kadang manusia hanya paham: hujan adalah hujan

Saudaraku,

Terkadang da’i merasa lelah

Saat kerjanya sudah habis-habisan, namun saudaranya berpangku tangan

Saat peran-peran telah optimal, namun jamaah tak paham bahwa ia hadapi kesulitan,

dan terus memberikan beban

Saat ‘memberi’, tidak direspon jamaah dengan ‘memahami’..

Memahami bahwa, untuk bisa memberi itu, ada pihak lain yang tak diberi:

Anak tak diberi kesempatan bercanda gurau,

Istri tak diberi momen nostalgia berdua,

Pekerjaan tak diberi waktu untuk dituntaskan,

Masa depan keluarga tak diberi ruang untuk dirancang dan dipersiapkan

Namun Komunikasi, insyaallah dapat menyelesaikan

Tengoklah birunya langit tak berawan, angin yang berhembus kering, mentari yang terik memancar..

Itulah bahasa Hujan, bahwa ia belum akan datang

Maka silakan tak berbekal payung saat bepergian

Simak pula gelapnya gumpalan awan, kilat yang sambar menyambar, angin dingin yang galau bertiupan..

Itulah bahasa Hujan, bahwa kehadirannya tak ‘kan lama menjelang

Maka tentu tidak lucu, jika payung tak disiapkan

Sekali lagi, Komunikasi adalah solusi

Agar ‘respon’, tak salah menempatkan posisi

Saudaraku,

Bukanlah kemarau panjang, yang ditakuti oleh hamparan sawah

Namun hujan yang enggan turun, itulah yang benar-benar dikhawatirkan

Karena kemarau setahun, dapat hapus oleh hujan sehari

Bukanlah ‘keterbatasan kontribusi kader’, yang ditakutkan jamaah dakwah

Namun ‘enggan berkontribusi’, itulah virus yang paling mematikan

Karena tanpa amal, dimana lagi cita-cita kemenangan dakwah itu akan mendapatkan pijakan

Turunlah, Hujan..

Lalu biarkan situasi-kondisi yang akan menentukan

Apakah Hujan akan menjadi mata air,

atau sumber energi pembangkit listrik,

atau alat bermain anak-anak berhujan-hujanan di lapangan,

atau mengairi sawah petani,

atau sekedar mendinginkan bumi

Semua sama, kemanfaatan

Tetaplah menjaga semangat kontribusi, Saudaraku..

Lalu biarlah zaman yang akan mejawab, akan menjadi siapa kita di dalam roda dakwah

Karenanya,

Jangan hujan enggan turun ke bumi

Rumbai, 10 November 2011

Sony Martin

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates