Hujan lelah..
Setiap kali ia turun, ada saja komentar, “yaah, hujan lagi, hujan lagi..”
Sebagian orang merasa dirugikan,
Tanpa mau tahu, bahwa, sebagian lain lagi justru tertolong Hujan
Hujan sedih..
Terkadang jika ia turun, ada saja yang mengomelinya
Padahal untuk dapat turun ke pangkuan bumi, perjalanan panjang telah ia lalui:
dipanggang panas matahari, diterbangkan angin sebagai uap, diarak hilir-mudik hingga menjadi awan, dihardik gertakan petir, lalu jatuh tanpa satupun pegangan
Itu semua tidak menyenangkan
Namun kadang manusia hanya paham: hujan adalah hujan
Saudaraku,
Terkadang da’i merasa lelah
Saat kerjanya sudah habis-habisan, namun saudaranya berpangku tangan
Saat peran-peran telah optimal, namun jamaah tak paham bahwa ia hadapi kesulitan,
dan terus memberikan beban
Saat ‘memberi’, tidak direspon jamaah dengan ‘memahami’..
Memahami bahwa, untuk bisa memberi itu, ada pihak lain yang tak diberi:
Anak tak diberi kesempatan bercanda gurau,
Istri tak diberi momen nostalgia berdua,
Pekerjaan tak diberi waktu untuk dituntaskan,
Masa depan keluarga tak diberi ruang untuk dirancang dan dipersiapkan
Namun Komunikasi, insyaallah dapat menyelesaikan
Tengoklah birunya langit tak berawan, angin yang berhembus kering, mentari yang terik memancar..
Itulah bahasa Hujan, bahwa ia belum akan datang
Maka silakan tak berbekal payung saat bepergian
Simak pula gelapnya gumpalan awan, kilat yang sambar menyambar, angin dingin yang galau bertiupan..
Itulah bahasa Hujan, bahwa kehadirannya tak ‘kan lama menjelang
Maka tentu tidak lucu, jika payung tak disiapkan
Sekali lagi, Komunikasi adalah solusi
Agar ‘respon’, tak salah menempatkan posisi
Saudaraku,
Bukanlah kemarau panjang, yang ditakuti oleh hamparan sawah
Namun hujan yang enggan turun, itulah yang benar-benar dikhawatirkan
Karena kemarau setahun, dapat hapus oleh hujan sehari
Bukanlah ‘keterbatasan kontribusi kader’, yang ditakutkan jamaah dakwah
Namun ‘enggan berkontribusi’, itulah virus yang paling mematikan
Karena tanpa amal, dimana lagi cita-cita kemenangan dakwah itu akan mendapatkan pijakan
Turunlah, Hujan..
Lalu biarkan situasi-kondisi yang akan menentukan
Apakah Hujan akan menjadi mata air,
atau sumber energi pembangkit listrik,
atau alat bermain anak-anak berhujan-hujanan di lapangan,
atau mengairi sawah petani,
atau sekedar mendinginkan bumi
Semua sama, kemanfaatan
Tetaplah menjaga semangat kontribusi, Saudaraku..
Lalu biarlah zaman yang akan mejawab, akan menjadi siapa kita di dalam roda dakwah
Karenanya,
Jangan hujan enggan turun ke bumi
Rumbai, 10 November 2011
Sony Martin
0 komentar:
Posting Komentar